Disini Saya Akan Menjelaskan Bagaimana Sejarah Paskibra dan Materi Apa Saja yang ada di PASKIBRA.
Dan Blog ini juga bagian dari Tugas BLK Komputer....
Kamis, 24 April 2014
PASKIBRA ITU,
TIDAK TAKUT SALAH
TIDAK TAKUT KALAH
TIDAK TAKUT JATUH
TIDAK TAKUT MATI
TAKUT MATI JANGAN
HIDUP
TAKUT HIDUP MATI
SEKALIAN
Sejarah
PASKIBRAKA
PASKIBRAKA adalah
singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan tugas utamanya
mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan proklamasi
kemerdekaan Indonesia di Istana Negara. Anggotanya berasal dari pelajar Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas kelas 1 atau 2. Penyeleksian anggotanya biasanya
dilakukan sekitar bulan April untuk persiapan pengibaran pada 17 Agustus di
beberapa tingkat wilayah, provinsi, dan nasional.
Lambang PASKIBRA
Lambang
organisasi PASKIBRA ialah Bunga Teratai.
ARTI
DAN MAKNA LAMBANG PASKIBRA
§ Teratai : pohonnya di air dan
akarnya di tanah melambangkan cinta tanah air
§ Tiga Mahkota : tiga
sikap dasar
Tanggap
: mudah menerima
2.
Tanggon
: tangguh dalam sikap mental
3.
Trenggonas
: tangguh dalam menerima apapun.
§ Tiga Kelopak : ciri dari paskibra
1.
Belajar
2.
Berlatih
3.
Bekerja
§ 16 Pasang Mata Rantai : menunjukkan
16 arah mata angin yang berarti bahwa anggota paskibra berasal dari seluruh
pelosok tanah air.
1.
Lingkaran
: melambangkan putri
2.
Belah
ketupat
:
melambangkan putra
§ Lingkaran Luar :
menunjukkan satu kesatuan
Sejarah
Gagasan
Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibukota Indonesia dipindahkan ke
Yogyakarta. Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-1, Presiden
Soekarno memerintahkan salah satu ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar, untuk
menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta.
Pada saat itulah, di benak Mutahar terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya
pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah
Air, karena mereka adalah generasi penerus perjuangan bangsa.
Tetapi,
karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya bisa
menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari berbagai
daerah dan kebertulan sedang berada di Yogyakarta. Lima orang tersebut
melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai tahun 1949, pengibaran bendera di
Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.
Ketika
Ibukota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani
pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di
Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966.
Selama periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan
mahasiswa yang ada di Jakarta.
Tahun
1967, Husein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Suharto, untuk menangani lagi
masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946
di Yogyakarta, beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3
kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:
*
Kelompok 17 / pengiring (pemandu),
*
Kelompok 8 / pembawa (inti),
*
Kelompok 45 / pengawal.
Jumlah
tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus
1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, Mutahar hanya
melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka
untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka. Rencana semula, untuk
kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI)
namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota pasukan khusus
ABRI (seperti RPKAD, PGT, marinir, dan Brimob) juga tidak mudah. Akhirnya
diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi karena
mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.
Mulai
tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda
utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan
sehingga masih harus ditambah oleh ex-anggota pasukan tahun 1967.
Pada
tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan
duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh
Suharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera
duplikat (yang terdiri dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera
Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17
Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas
mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan. Mulai tahun
1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA
se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di
Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja.
Istilah
yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih "Pasukan Pengerek
Bendera Pusaka". Baru pada tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan suatu
nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS berasal dari
PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti
bendeRA dan KA berarti PusaKA. Mulai saat itu, anggota pengibar bendera pusaka
disebut PASKIBRAKA.
·
Arti
dan Warna Bendera Merah Putih
d
Warna
merah dan putih telah dikenal oleh nenek moyang bangsa Indonesia sejak sekitar
6.000 tahun yang lalu. Warna merah melambangkan warna yang dapat menahan hawa
jahat, sedangkan warna putih melambangkan kebersihan dan kesucian hati ksatria.
Pada saat perjuangan kemerdekaan, warna merah dan putih melambangkan keberanian
dan ketulusan bunga bangsa dalam mempertahankan ibu pertiwi yang merupakan
nyawa bagi suatu bangsa.
Bendera
Bendera
adalah
secarik benda berwujud kain tipis berisi bentukan dan warna, Berkibar
ditiup oleh angin pada sebatang tiang atau seuntai tali sebagai
panji-panji, Tanda ciri atau tanda pengingat. Warna untuk bendera merah
putih, yaitu warna
merah cerah dan putih jernih.
Arti
pusaka :
1.
Harta atau benda peninggalan orang yang telah meninggal;
2.
Harta yang turun temurun dari nenek moyang.
Bentuk
dan ukuran serta warna bendera kebangsaban Republik Indonesia
1.
Berbentuk segi empat panjang berukuran 2 : 3 panjang.
Bagian atas berwarna
merah dan bagian bawah berwarna putih;
2.
Panjang bendera 90 cm dan lebar 60 cm.
Sang
merah putih pertama kali dikibarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertepatan
dengan hari Sumpah Pemuda, Bertempat di Jakarta dan dikumandangkan lagu
Indonesia Raya. Sang merah putih ditetapkan sebagai bendera negara Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 bertempat di gedung Pegangsaan Timur
Nomor 56, Jakarta. Bendera merah putih dibawa kembali ke Jakarta tanggal 28
Desember 1949.
Bendera
Pusaka...
Tata cara Peletakan
Bendera Kebangsaan
1.
Bendera merah putih diletakkan di sebelah kanan bendera/panji lain;
2.
Apabila jumlah bendera yang ada berjumlah genap, maka bendera merah putih
diletakkan di sebelah kanan;
3.
Apabila jumlah bendera yang ada berjumlah ganjil, maka bendera merah putih
diletakkan di tengah-tengah bendera/panji lain;
4.
Apabila bendera sudah usang atau tidak layak, maka sebaiknya bendera dibakar
agar tidak mengurangi nilai kehormatannya.
Sejarah Penyelamatan
Bendera Pusaka
Setelah
Agresi Militer Belanda II, Soekarno mengutus Mutahar untuk menyelamatkan
Bendera Pusaka. Agar tidak terlihat sebagai bendera, maka Mutahar memutuskan
untuk memisahkan jahitan bendera tersebut menjadi dua bagian, secarik kain
merah dan secarik kain putih, kemudian dimasukkan ke dalam kopornya.
Di
tengah perjalanan, Mutahar tertangkap oleh Belanda, namun akhirnya dalam
perjalanan itu beliau dapat meloloskan diri dan mengungsi di kediaman Sarjono
(seorang anggota delegasi). Selanjutnya Mutahar mendapat kabar dari Soekarno
agar bendera tersebut diserahkan saja kepada Sarjono. Karena pada saat itu yang
boleh menemui Soekarno hanya anggota delegasi saja. Maka atas jasanya pada
tahun 1961, Mutahar diberikan gelar Bintang Mahaputera dalam usahanya
menyelamatkan Bendera Pusaka.
MAKNA LAMBANG KORPS
PASKIBRAKA
- Untuk mempersatukan korps, untuk Paskibraka Nasional, Propinsi, dan Kabupaten / Kotamadya ditandai oleh lambang korps yang sama, dengan tambahan tanda lokasi terbentuknya pasukan.
- Lambang Korps Paskibraka sejak tahun 1973, dengan perisai berwarna hitam dengan garis pinggir dan huruf berwarna kuning : PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA dan TAHUN 19 … (diujung bawah perisai) berisi gambar (dalam bulatan putih) sepasang anggota Paskibraka dilatar belakangi oleh Bendera Merah Putih yang berkibar ditiup angin dan 3 (tiga) garis horizon atau awan.
Makna dari bentuk dan gambar tersebut adalah;
- Bentuk perisai bermakna “Siap bela negara” termasuk bangsa dan tanah air Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
- Sepasang anggota Paskibraka bermakna bahwa Paskibraka terdiri dari anggota putra dan anggota putri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk mengabdi dan berkarya bagi pembangunan Indonesia.
- Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya, termasuk Paskibraka.
- Garis Horizon atau 3 (tiga) garis menunjukan ada Paskibraka di 3 (tiga) tingkat, yaitu Nasional, provinsi, dan Kabupaten / Kotamadya.
- Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap anggota Paskibraka.
AtriBut
PasKiBra
Pada tahun 1973, Idik
Sulaeman melahirkan nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Bukan
itu saja, Idik juga menciptakan seluruh atribut yang sampai sekarang dapat
dilihat dalam seragam Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian seragamnya
sendiri, sampai Lambang Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka dan Tanda
Pengukuhan. Sebelum tahun 1973, Paskibraka tidak mempunyai Lambang Anggota
maupun Lambang Korps yang dapat dibanggakan. Berikut ini penjelasan tentang
bentuk dan makna setiap atribut.
Sejak semula saat dimulai membentuk pasukan percobaan penggerek Bendera Pusaka tahun 1967, pakaian seragam pasukan ini ditetapkan putih-putih, sedangkan warna merahnya hanya digunakan sebagai aksen berupa kacu penutup leher bagian depan seperti biasa digunakan prajurit ABRI/TNI kalau menggunakan seragam lapangan upacara. Warna putih dipilih sebagai makna kesucian dalam melaksanakan tugas pokok mengibarkan dan menurunkan Bendera Pusaka Merah Putih. Sebelum tahun 1981, model pakaian seragam Paskibraka cukup sederhana, dan masih tampak penonjolan keremajaannya: Putra dengan kemeja putih lengan panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke celana panjang putih dengan ikat pinggang juga berwarna putih; Putri dengan kemeja lengan panjang dengan bagian bawah model jas. Tetapi setelah tahun 1981 dan seterusnya sampai sekarang, dengan alasan disamakan modelnya dengan seragam ABRI/TNI dari kelompok 45/pengawal, seragam Paskibraka mengalami perubahan.
Sejak semula saat dimulai membentuk pasukan percobaan penggerek Bendera Pusaka tahun 1967, pakaian seragam pasukan ini ditetapkan putih-putih, sedangkan warna merahnya hanya digunakan sebagai aksen berupa kacu penutup leher bagian depan seperti biasa digunakan prajurit ABRI/TNI kalau menggunakan seragam lapangan upacara. Warna putih dipilih sebagai makna kesucian dalam melaksanakan tugas pokok mengibarkan dan menurunkan Bendera Pusaka Merah Putih. Sebelum tahun 1981, model pakaian seragam Paskibraka cukup sederhana, dan masih tampak penonjolan keremajaannya: Putra dengan kemeja putih lengan panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke celana panjang putih dengan ikat pinggang juga berwarna putih; Putri dengan kemeja lengan panjang dengan bagian bawah model jas. Tetapi setelah tahun 1981 dan seterusnya sampai sekarang, dengan alasan disamakan modelnya dengan seragam ABRI/TNI dari kelompok 45/pengawal, seragam Paskibraka mengalami perubahan.
Paskibraka putra menggunakan kemeja model jas dengan gesper lebar dari kain,
sementara Paskibraka putri tidak berubah. Dengan tampilan baru ini, Paskibraka
memang kehilangan penampilan remajanya dan terlihat seperti orang dewasa.Lambang Anggota Paskibraka
dikenakan di kelopak bahu baju berupa kontur warna perak di atas bulatan putih
yang diletakkan pada segi empat berwarna hijau. Semula, pada kelopak bahu
seragam Penggerek Bendera dikenakan lambang dengan tanda ciri pemuda dan
Pramuka —karena kedua unsur inilah yang menjadi pendukung pasukan. Lambang
untuk pemuda berupa “bintang segilima besar” sedangkan untuk Pramuka berupa
“cikal kelapa kembar”. Namun, penggunaan “dua sejoli” lambang itu mendapat
kritikan negatif dari sejumlah pihak yang “kurang” senang dengan keberhasilan
dan popularitas pengibar bendera pusaka yang begitu cepat naik. "Bintang
Polisi kok masih dipakai," kata satu pihak. "Lambang Pramuka tidak
benar digunakan tanpa mengenakan seragam Pramuka!" seru yang lain pula.
Itulah yang kemudian mendorong Idik Sulaeman merancang Lambang Anggota
Paskibraka yang baru dan dapat menggambarkan siapa sebenarnya para anggota
Paskibraka itu.
Lambang anggota Paskibraka adalah setangkai bunga teratai yang
mulai mekar dan dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya
berbentuk bulat dan belah ketupat. Mata rantai bulat berjumlah 16, begitu pula
mata rantai belah ketupat. Bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan
berkembang di atas permukaan air bermakna bahwa Anggota Paskibraka adalah
pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa), dari tanah air yang sedang
berkembang (mekar) dan membangun. Tiga helai kelopak bunga tumbuh ke atas
bermakna “belajar, bekerja dan berbakti”, sedang tiga helai kelopak ke arah mendatar
bermakna “aktif, disiplin dan gembira”. Mata rantai yang saling berkaitan
melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang
ada di berbagai pelosok (16 penjuru angin) tanah air.
Rantai persaudaraan tanpa
memandang asal suku, agama, status sosial dan golongan akan membentuk jalinan
mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat, sehingga mampu menangkal
bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan
semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota
Paskibraka. Untuk mempersatukan korps, Paskibraka di tingkat nasional, provinsi
dan kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps yang sama. Untuk tingkat
provinsi dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus ditambahi dengan tanda lokasi
terbentuknya pasukan. Sebelum tahun 1973, Lambang Korps Penggerek Bendera
berupa lencana berbentuk perisai dari bahan logam kuningan dengan gambar sangat
sederhana: di tengah bulatan terdapat bendera merah putih dan di luar lingkaran
terpampang tulisan “PASUKAN PENGEREK BENDERA PUSAKA”.
Sejak 1973 sampai sekarang,
Lambang Korps Paskibraka dibuat dari kain bergambar atau bordir yang langsung
dijahitkan di lengan kanan seragam. Bentuknya perisai berwarna hitam dengan
garis pinggir dan huruf berwarna kuning yang bertuliskan ”PASUKAN PENGIBAR
BENDERA PUSAKA” dan tahun pembentukan pasukan (di ujung bawah perisai). Di
dalam perisai terdapat lingkaran bergambar sepasang anggota Paskibraka
dilatarbelakangi Bendera merah putih yang berkibar ditiup angin dan tiga garis
horison atau awan. Makna dari bentuk dan gambar Lambang Korps Paskibraka adalah
sebagai berikut:
- 1. Bentuk perisai bermakna "siap bela negara" termasuk bangsa dan tanah air Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
- 2. Sepasang anggota Paskibraka bermakna Paskibraka terdiri dari anggota putra dan anggota putri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk mengabdi dan berkarya bagi pembangunan Indonesia.
- 3. Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya, termasuk Paskibraka.
- 4. Garis horison atau awan tiga garis menunjukkan ada Paskibraka di tiga tingkat, yaitu nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
- 5. Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap anggota Paskibraka.
Sikap Dan Sifat
Seorang Paskibra
Kepemimpinan
Kepemimpinan
artinya adalah kegiatan seseorang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok
orang untuk mencapai tujuannya.
Bagaimana
cara mempengaruhinya?
Yaitu
dengan memberikan contoh atau panutan dalam kehidupan sehari-hari, dengan
membangkitkan semangat para bawahannya, kemudian dengan memberikan dorongan
dengan pengarahan dan perbuatan.
Hal ini sesuai dengan sistem kepemimpinan
nasional di Indonesia yang menganut sistem among, yaitu :
1. Ing ngarso sung tulodo, yang berarti berada di depan sebagai pemimpin dan
panutan bagi bawahannya;
2.
Ing madya mangun karso, yang berarti berada di tengah yang dapat membangun kemauan
bawahannya;
3.
Tut wuri handayani, yang berarti berada di belakang yang dapat mendorong
bawahannya dengan motivasi agar dapat berusaha lagi dan maju.
Hal-hal
apa saja yang harus kita miliki agar dapat mempengaruhi orang lain?
Yaitu
dengan cara :
1.
Memiliki keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT yang kuat;
2.
Memiliki kepercayaan diri;
3.
Memiliki penampilan (performance) yang baik dan menarik;
4.
Memiliki wawasan yang luas;
5.
Memiliki kemampuan mengelola/mengurus (manajemen);
6.
Menguasai teknik, taktik, strategi, dan politik;
7.
Memiliki kemampuan melindungi setiap orang; dan
8.
Memiliki delapan sikap mental sehat :
a.
Pandai menyesuaikan diri;
b.
Merasa puas atas hasil karya sendiri;
c.
Lebih suka memberi dari pada menerima;
d.
Realtif bebas dari ketegangan dan keresahan;
e.
Suka membantu dan menyenangkan orang lain;
f.
Dapat mengambil hikmah dari kegagalan;
g.
Dapat mengambil penyelesaian yang konstruktif; dan
h.
Dapat mengembangkan kasih sayang.
Selain
itu, pemimpin yang indah adalah pemimpin yang mempunyai inisiatif dan
mentalitas yang tinggi, kreatif, konstruktif, dan memiliki konsepsual yang
dapat mencerna masalah.
Seorang
pemimpin juga harus kritis, yaitu memiliki kemampuan dan keberanian dalam
meluruskan masalah; meteorologis, yaitu dapat mengambil jarak; serta logis,
yaitu sesuai dengan peraturan dan rasional.
Elemen
yang harus ada dalam kepemimpinan, yaitu :
1.
Leader (pemimpin);
2.
Follower (sekelompok orang yang mengikuti pemimpin); dan
3.
Leadership (jiwa memimpin, manajemen, administrasi, pengetahuan, dan
sebagainya).
Yang
perlu diingat adalah, bahwa pemimpin itu bukanlah suatu jabatan, melainkan
kemampuan.
Profesionalisme
Profesionalisme
adalah paham yang mengajukan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang
yang profesional. Sedangkan pengertian profesi adalah suatu jabatan atau
pekerjaan yang dikerjakan seseorang. Profesional adalah suatu keahlian,
kompetensi atau kualitas yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan profesinya
atau pekerjaannya.
Tiga
syarat profesional, yaitu :
1.
Adanya keahlian;
2.
Tanggung jawab;
3.
Kejawatan.
Ciri-ciri
profesional, antara lain :
1.
Memahami karakteristik obyek;
2.
Memiliki keterampilan khusus;
3.
Memiliki keahlian di bidangnya;
4.
Motivasi tinggi;
5.
Kreativitas yang tinggi;
6.
Berdisiplin;
7.
Mandiri;
8.
Mampu mengisi lowongan kerja sesuai pembangunan dan menciptakan kerja baik
untuk dirinya maupun orang lain.
PERATURAN
TATA TERTIB UNTUK SEORANG PASKIBRA
- Belajar untuk membagi waktu, serta dapat mengutamakan kegiatan BELAJAR pelajaran sekolah.
- Mengadakan konsultasi apabila menghadapi permasalahan terutama menyangkut keaktifannya di PASKIBRA dengan kegiatan lainnya terutama kegiatan BELAJAR.
- Tetap berdisiplin dalam sikap dan tingkah laku baik di lingkungan rumah/keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
- Untuk Putra rambut dipotong minimal 1 bulan sekali sedang untuk Putri yang berambut panjang/tidak, rambut tetap diikat / dirapikan serta rambut tidak dicat/warna rambut asli.(hitam)
- Dilarang menggunakan sandal jepit kemanapun akan pergi, kecuali di rumah dan tidak muncul dihadapan umum, Apalagi bepergian ke sekolah, rumah orang lain, kantor, dll.
- Harus tetap sigap apabila menghadap atau bertemu dengan teman yang lebih tua (kakak kelas / senior / Pelatih / Pembina).
- Harus dapat menerapkan tata cara penghormatan di dalam kehidupan sehari-hari, yang sudah jelas kepada orang yang lebih tua (Orang tua di rumah, Guru, Pelatih, Pembina, kakak kelas).
- Tetap mengandalkan kritik membangun dan dapat menerima keterbukaan dalam menyelasaikan suatu permasalahan.
- Selalu memberitahukan ketidak hadirannya dalam latihan di sekolah, LATGAB, dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan PASKIBRA.
- Tetap tegas dalam memberikan keputusan dan tingkah laku sehari-hari
- Selalu memperhatikan penampilan / pakaian untuk latihan atau kegiatan-kegiatan variatif lainnya baik dilingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.
- Selalu mengutamakan kerapihan pakaian dan tata kramanya.
- Setiap anggota selalu sebagai teladan, baik bagi teman-teman di sekolah, di rumah dan di masyarakat.
- Setiap anggota wajib mentaati dan melaksanakan tata tertib ini.
- Pergi tidak pamit atau tanpa izin dari orang tua / wali.
- Menentang orang tua atau wali.
- Tidak sopan terhadap orang tua/wali atau pengasuh, keluarga, guru atau orang lain yang lebih tua.
- Menjelekkan nama baik orang tua / keluarga.
- Suka berbohong.
- Memiliki atau menggunakan alat-alat yang dapat membahayakan dirinya atau orang lain yang tidak diperuntukkan baginya.
- Berpakaian tidak senonoh.
- Menghias diri secara tidak wajar, dan menimbulkan celaan masyarakat.
- Suka keluyuran / keluar rumah tanpa tujuan yang jelas.
- Membolos sekolah.
- Menentang guru.
- Berlaku tidak senonoh di hadapan umum.
- Berkeliaran malam hari.
- Bergaul dengan orang-orang yang reputasinya jelek.
- Berada di tempat yang tidak baik bagi perkembangan jiwa remaja / terlarang untuk remaja.
- Pesta-pesta musik semalam suntuk tanpa dikontrol, dan acara-acaranya tidak sesuai dengan kebiasaan sopan santun.
- Membaca buku-buku yang isinya dapat merusak jiwa remaja.
- Memasuki tempat-tempat yang membahayakan keselamatan jiwanya.
- Berkebiasaan berbicara kotor, tak senonoh, cabul dihadapan seseorag atau dihapan umum.
- Ramai-ramai menonton pertunjukkan, makan dan dengan sengaja tidak membayar.
- Meminum-minuman keras.
- Merokok di tempat umum sebelum batas umur yang pantas.
- Melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu ketentraman umum.
- membuang kotoran-kotoran / sampah pada sembarang tempat.
PASKIBRA.. |
Sepasang Paskibra... |
0 komentar:
Posting Komentar